Dampak Tsunami Bagi Kehidupan

20.10

Tsunami Aceh
Secara deskriptif, gelombang tsunami bermula dari gerakan hebat lempeng bumi yang berpusat dangkal di dasar samudera. Pergerakan lempeng tersebut kemudian menunjam masuk ke dalam perut bumi, dan menyebabkan air laut surut dari bibir pantai, kemudian tak beberapa lama. Air laut yang terhempas masuk ke dalam patahan samudera tersebut akan menyeruak dan menggulung hebat menjadi gelombang raksasa setinggi belasan meter. Gelombang inilah yang ketika mencapai daratan dan menghempas apapun yang dilalauinya disebut sebagai gelombang tsunami. Kekuatan desktruktif bencana alam berupa air bah yang maha besar inilah yang mengakibatkan kurang lebih 165.708 jiwa di pesisir Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam lenyap dihempas gulungan air laut.
Catatan sejarah juga membuktikan bahwa tak hanya gempabumi yang mampu memicu tsunami, letusan gunungapi yang dahsyat seperti letusan Krakatau dan letusan Tambora sekian abad silam pun mampu menciptakan gelombang laut yang maha dahsyat yang menggulung wilayah daratan pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.Berdasar pada catatan kebencanaan dari tahun 1801 hingga 2006, bencana alam tsunami telah menghempas wilayah di Sumbawa (1820), Bengkulu (1833), Sumatera Barat (1861), Sangihe (1856), Krakatau (1883), Kepulauan Seram (1955), Sulawesi Tengah (1968), Sumba (1977), Flores (1992), Banyuwangi (1994), Biak (1996), Aceh (2004), dan Pangandaran (2006).
Bicara tentang tsunami, fenomena bencana yang legendaris dampaknya ini merupakan ancaman nyata yang menakutkan setidaknya dalam satu dekade terakhir. Tengok saja bagaimana kejadian dan dampak yang direnggut oleh fenomena bencana alam tsunami yang melanda Aceh (2004) dan Sendai, Jepang (2011). Kerusakan masif yang mengancam di daerah yang memiliki potensi gempabumi dahsyat dan gelombang tsunami tak bisa diabaikan. Sudah seharusnya menjadi agenda khusus bagi program penanggulangan dan mitigasi bencana di wilayah-wilayah tersebut.
Ketika mencapai pesisir daratan, gelombang tsunami yang memiliki kekuatan amat dahsyat ini mampu menghempas apapun yang menghalanginya. Masih teringat dalam ingatan ketika kekuatan tsunami Aceh (2004) yang mampu menggerakkan kapal seberat lebih dari 30 Gross Weight Ton dari pesisir dermaga hingga ke tengah kota Banda Aceh. Fakta menunjukkan bahwa kecepatan air bah tsunami mampu mengalahkan kecepatan pesawat jet, sekitar 500 hingga 1000 km/jam! Ketika mendekat ke pesisir lautan, kecepatannya memang sedikit berkurang, namun ketinggian gelombangnya bertambah hingga belasan meter. Tengok saja bagaimana dahsyat dan tingginya gelombang tsunami yang menghempas Sendai, Jepang pada 2011 silam.
Di Indonesia, bencana tsunami abad modern seperti sekarang ini memang identik dengan fenomena bencana alam gempabumi. Masyarakat pun nampaknya sudah jamak mengenali ciri-ciri tsunami. Ketika gempabumi yang berepisentrum di bawah laut terjadi dalam magnitudo di atas 7 Skala Richter dan pusat gempamemiliki kedalaman tak lebih dari 30 Km dari permukaan laut, maka peringatan dini tsunami akan segera beredar. Tanda lain ketika fenomena bencana alam tsunami mengancamadalah ketika tak lama setelah gempabumi melanda, dan air laut surut sejauh lebih dari 100 meter, maka bersiaplah menjauh dari bibir pantai. Tanda air laut surut pasca gempabumi merupakan tanda nyata yang akan berwujud tsunami dahsyat tak lama setelahnya.
Previous
Next Post »
0 Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Submenu Section

Slider Section