Fakta Unik: Perubahan Iklim Global Memicu Waktu Terbang yang Lebih Panjang

20.22

pesawat-terbang
Sewaktu sekian banyak dekade terakhir, perubahan iklim global sudah jadi pemicu datangnya bencana alam bersama intensitas & kebolehan yg lebih dahsyat. Di beraneka ragam penjuru dunia, perubahan iklim global sudah jadi pemantik anomali cuaca yg pass esktrem. Masihlah teringat dalam ingatan dengan cara apa gelombang panas yg menyengat sudah jadi pembunuh yg mematikan bagi ribuan penduduk India & Pakistan.
Tidak Cuma bencana panas menyengat yg pernah melanda sebahagian mungil wilayah Asean & Timur Tengah, sekian banyak wilayah Eropa & Amerika serta berada dalam keadaan dingin yg ekstrem, dgn gejala suhu sampai minus puluhan derajat.
Tetapi di segi lain, perubahan iklim global rupanya sudah jadi pemicu tidak sedikit hal-hal unik, salah satunya dari sudut dunia penerbangan. Seperti yg dilansir page Antaranews, nyatanya dalam satu dekade terakhir, perubahan pola terhadap angin yg dipicu perubahan iklim bakal menciptakan perjalanan pulang berangkat dari Hawaii ke West Coast Amerika Serikat jadi sedikit lebih lama. Akibatnya, mengonsumsi bahan bakar pesawat juga jadi lebih boros & menciptakan kadar polusi hawa yg lebih tinggi. Hasil simpulan itu didapat dari suatu penelitian paling baru yg dimuat dalam Sciencemag.
Para ilmuwan meneliti data penerbangan buat empat maskapai agung sepanjang rute melewati Samudera Pasifik antara Honolulu, Hawaii & tiga bandara di daratan Amerika Serikat (Los Angeles, Seattle-Tacoma, & bandara San Fransisco). Tidak bermain, data penerbangan yg diteliti berasal dari thn 1995 sampai 2013 dulu. Simpulannya, para ilmuwan menemukan fakta bahwa kala tempuh penerbangan sejak lepas landas sampai mendarat sangat banyak dipengaruhi oleh perubahan kecepatan angin dalam keadaan jelajah terbang. Perubahan kecepatan angin ini dengan cara serta-merta dipicu oleh bergesernya pola iklim global.
Data hasil riset tersebut menunjukkan fakta unik yg menyebut bahwa buat dua kali putaran perjalanan hawa melewati Samudera Pasifik tiap-tiap harinya tiap-tiap maskapai mengalami penambahan dikala di hawa, kalau dikalkulasikan dalam satu thn tiap maskapai mengalami kemoloran kala terbang sampai mencapai 133 jam di hawa.
Bila dihitung berdasarkan anggaran bahan bakar yg mesti dikeluarkan, artinya mesti ada penambahan 1.8 juta liter bahan bakar jet pesawat yg mesti dibayar seharga kira-kira 1.4 juta dollar AS. Tidak Hanya itu, lebih lamanya disaat tempuh ini dapat makin memperparah emisi karbondioksida yg dihasilkan dari pembakaran di mesin pesawat, dalam satu thn ada penambahan emisi sejumlah 4.600 metrik ton.
Tetapi, meskipun penambahan jam terbang akibat perubahan iklim global itu terang berlangsung, kelihatannya ada ancaman lain yg lebih mengkhawatikan. Di periode akan datang diperkirakan ada 300.000 jam ekstra di hawa tiap-tiap tahunnya.
300.000 jam ekstra sama dgn membakar tiga miliar lebih bahan bakar & memproduksi lebih dari 10 juta metrik ton karbondioksida dibanding yg diwaktu ini dilakukan.
Imbasnya terang, seandainya emisi karbon dioksida tidak mampu dikontrol sampai sekian banyak th ke depan, perubahan iklim global dapat makin memperburuk kesempatan bencana alam di muka bumi.(CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Submenu Section

Slider Section