Puji Syukur, Menteri Agama Memperkirakan Idul Fitri 1436 H Berlangsung Serentak

20.46

bulan-hilal
beberapa saat lalu, banyak beredar informasi di masyarakat yang menyatakan peluang bahwa 1 Syawal 1436 Hijriah akan jatuh di waktu yang tak sama. Seperti yang ketahuan, di Indonesia perbedaan penentuan tanggal 1 Syawal lebih tidak jarang memang berada dalam perbedaan. Elemen ini disebabkan lantaran sekian tidak sedikit ormas Islam di Indonesia bahkan pun pemerintah melalui Kementerian Agama memiliki trik yang tak mirip dalam memastikan awalan bulan Hijriah. Baik pemerintah maupun kelompok ormas Islam lain punya dalil tersendiri untuk tentukan kapan jatuhnya permulaan dan ujung bulan dalam kalender Hijriah.
Seperti yang dikutip laman Antaranews, Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Instansi Penerbangan & Antariksa Nasional) Prof Dr Thomas Djamaluddin menyatakan posisi bulan terhadap 16 Juli 2015 mustahil bisa dirukyat. Prof Djamaluddin menegaskan bahwa mustahil kepada 16 Juli esok hilal mampu tampak. Jelasnya kepada 16 Juli tinggi bulan di wilayah Indonesia bersama trik umum kurang dari tiga derajat, secara astronomi itu mustahil dapat dirukyat.
Padahal sejauh ini, Pemerintah melalui Kementerian Agama selalu menetapkan awalan bulan Ramadhan dan tanggal 1 Syawal dengan menggunakan metode rukyat. atau dijelaskan yang merupakan aktivitas mengamati dan menilik visibilitas hilal atau penampakan hilal. Hilal ialah tampilan bulan sabit (bulan baru) yang tampak pertama kali setelah terjadinya fenomena ijtimak (konjungsi).
secara umum, Rukyat akan dilakukan tanpa memanfaatkan media optik astronomis sama sekali (dgn mata telanjang) bersama syarat jikalau cuaca cerah. Hilal dapat di lihat setelah matahari terbenam. Dikarenakan intensitas cahaya hilal yang amat sangat redup dan sangat tipis, penglihatan hilal dapat sangat bergantung pada kondisi cuaca dan polusi cahaya di sekitar area penglihatan hilal. Seandainya hilal tampak, maka kepada disaat maghrib itu ditetapkan sebagai bulan baru dalam kalender hijriah. Namun bila hilal tak terlihat, maka awalan bulan ramadhan bakal ditetapkan sejak mulai maghrib hari berikutnya, digenapkan sbg 30 hari.
Tapi, beberapa diwaktu dahulu, pernyataan Thomas Djamaluddin tersebut disanggah oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Menteri Lukman memprediksi kemungkinan 1 Syawal akan jatuh di hari yang sama bersama beberapa pihak yang telah lebih dahulu menentukan 1 Syawal jatuh di hari Jumat, 17 Juli 2015. Hal ini berarti perayaan idul fitri sanggup berlangung serentak dengan total 29 hari Ramadhan.
Seperti yang dilansir dari laman Dream.co.id, Menteri Lukman menyatakan pada 16 Juli nanti atau sore di hari ke 29 ramadhan, bulan baru sudah memasuki ketinggain di atas 2 derajat. Artinya secara rukyah, bulan jejaka sesungguhnya sudah mampu nampak.
Tapi pernyataan Menteri Lukman itu belum dapat dibilang final, mengingat ketentuan Pemerintah dalam memastikan hari lebaran masihlah harus menunggu sidang isbat yang rencananya dapat digelar pada Kamis, 16 Juli 2015 esok. Metode rukyah yang dilakukan oleh pemerintah konsisten tetap merujuk terhadap macam mana pantauan hilal di sekian tidak sedikit tempat yang telah ditentukan.
Semoga lebaran tahun ini, kebersamaan umat muslim di Indonesia dalam memaknai 1 Syawal konsisten berlangsung bersama dalam suasana berjamaah dan kerukunan. Aamiin.(CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Submenu Section

Slider Section