Memaknai Rohingya dalam Dekapan Erat Masyarakat Aceh

20.06

Rohingya-hangatnya-aceh
Aceh, Tanah Darussalam. Sejak satu bulan silam, nama Aceh kembali mencuat. Masuk dalam salah satu topik perbincangan masayarakat nasional bahkan dunia, terutama di kawasan ASEAN. Mengapa demikian?
Seperti yang didapati, penerimaan Rohingya dgn amat sangat terbuka oleh warga Aceh telah memantik kesadaran Pemerintah Malaysia dan Indonesia untuk ikut memanusiakan Rohingya yang datang sebagai imigran gelap. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri telah berujar bahwa Rohingya dapat diberikan penampungan “sementara” di Aceh setidaknya hingga satu th ke depan. Setelah satu th, entah gimana nasib Rohingya, pemerintah Indonesia tak mau ambil pusing.
Keikhlasan dan keterbukaan tulus yang digelarkan oleh masyarakat Aceh pada ribuan pengungsi Rohingya yang terdampar di sepanjang garis pantai Aceh Utara merupakan penyebabnya. Rohingya yaitu etnis paling tertindas di dunia menurut catatan Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selama puluhan tahun kisah hidup mereka tak pernah luput dari penindasan dan pengusiran. Baik di tanah kelahiran mereka sendiri di Rakhine, maupun di beraneka ragam komunitas warga ASEAN.
Tapi apa yang dirasakan oleh ribuan Rohingya di Aceh nyatanya jauh dari perkiraan. Seluruh ASEAN terkaget atas sikap gemilang murah hati yang dihaturkan oleh warga Aceh terhadap orang Rohingya. Tak hanya di terima, diberikan penampungan sementara, dan diberikan bantuan fisik yang lebih layak. Namun serta masyarakat Aceh memiliki tekad bulat untuk bersedia menampung Rohingya di Indonesia terkecuali untuk satu tahun ke depan.
Tapi apa yang ada di benak masyarakat Aceh sungguh tidak serupa, melalui kolaborasi kemanusiaan warga Aceh dan populasi kerelawanan dan filantropi yang dikomandoi oleh Tindakan Serta-merta Tanggap (ACT), masyarakat Aceh punyai komitmen untuk memperjuangkan Orang Rohingya tetap tinggal di Indonesia, sekiranya hingga tanah Rakhine, Myanmar kembali mau menerima dan memberikan hak-hak hidup yang patut bagi orang Rohingya.
Wujud nyata komitmen tersebut dibuktikan oleh bangunan besar berwujud Integrated Community Shelter (ICS) yang dibangun oleh penduduk, Pemerintah Kabupaten Aceh juga ACT. Tak Bersama melalui sokongan dana sedikitpun dari Lembaga kemanusiaan internasional di bawah bendera PBB, apalagi sepeserpun sokongan uang dari Budget Negara.
Pembangunan ICS yang bernilai milyaran rupiah di desa Gampong, Aceh Utara itu juga berbentuk permanen. Artinya, penduduk Rohingya mampu tetap meneruskan roda hidupnya secara lebih mandiri, nyaman, aman, dan layak di Aceh daripada harus kembali ke Rakhine.
Menarik buat disimak, mengapa penduduk Aceh begitu peduli pada Rohingya?
Dapat Menjadi sebagian besar masyarakat Aceh telah pernah merasakan kepedihan serupa Rohingya waktu konflik antara Aktivitas Aceh Merdeka (GAM) dan TNI bertikai selama puluhan tahun di tanah Aceh. Hingga akhirnya, konflik itu pupus, lenyap, damai sebab peristiwa besar Tsunami yang meluluhlantakkan Aceh 2004 silam.
Dikala melihat Rohingya yang sama-sama hidup dalam kesengsaraan Rakhine, maka segenap warga Aceh pula seakan melihat refleksi beliau sendiri kepada kepedihan konflik dan bencana dahsyat sekian tidak sedikit thn silam. Oleh lantaran itu, Rohingya bagaikan tamu istimewa yang sengaja dikirimkan Allah ke Tanah Aceh menjelang bulan ramadhan ini. Rohingya bagi penduduk Aceh ada buat dimuliakan, dijadikan yg ialah ladang ibadah dan kebaikan antara sesama manusia.
Lebih-lebih, ribuan etnis minoritas Rohingya yaitu Muslim sejak sekian banyak ratus thn lalu. Keterikatan emosional antar rasa kemanusiaan dan Agama Allah telah mengumpulkan masyarakat Aceh bersama Rohingya dalam satu keberkahan dan manfaat. InsyaAllah, Aamin. Salut utk warga Aceh!(CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Submenu Section

Slider Section