Kisah Shelter Rohingya di Aceh: Refleksi Kemanusiaan Indonesia

20.07

Shelter-Rohingya-ACT
Cerita berkaitan etnis Rohingya, adalah kisah tentang sekian banyak ratus ribu orang di negeri Arakan Myanmar yang kenyang akan hantaman penderitaan, penindasan pula perbuatan pemiskinan akibat tak adanya pekerjaan dan hak hidup yang patut sewaktu puluhan thn. 
Rohingya telah jalankan perjalanan tidak dengan izin selama tiga dekade terakhir. Penindasan oleh kaum mayoritas etnis Buddha di Rakhine telah memaksa mereka laksanakan eksodus besar-besaran. Tujuannya hanya satu, mencari kehidupan yang lebih layak di seberang Teluk Bengal dan Laut Andaman. 
Tetapi, keluar dari Rakhine Myanmar ternyata bukanlah pilihan pas yang seketika memutus penderitaan mereka. Terkatung di tengah laut, diusir oleh tentara penjaga perbatasan laut Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Hingga terperosok dalam jurang penyiksaan kelompok perdagangan manusia serta serangan penyakit ganas di tengah hutan lebat perbatasan Thailand-Malaysia. 
Sebelum kisah heroik penyelematan orang Rohingya oleh penangkap ikan lokal Aceh sekian tidak sedikit dikala silam, kisah menyangkut Rohingya tak pernah luput dari putaran perjalanan pedih itu. Ditindas di Rakhine, mati sia-sia dalam perjalanan tidak dengan izin di tengah laut, atau penyiksaan dan mati karena penyakit di tengah perjalanan penyelundupan di hutan belantara Thailand. 
Namun apa yang diberikan masyarakat Aceh sebulan dahulu betul-betul tak sama. Alih-alih dibuang atau diusir kembali keluar dari tanah Darussalam Aceh, ribuan pengungsi Rohingya malah diterima dgn teramat amat baik, disambut, dilayani bagaikan tamu istimewa yang sengaja dikirimkan Allah untuk dimuliakan. Bahkan bersama dgn kontribusi segera masyarakat serta pemerintah Aceh, Instansi kemanusiaan Aksi Serentak Tanggap berada dalam garda terdepan, berinisiatif membangun hunian atau shelter yang layak dan terintegrasi bagi seribu lebih orang Rohingya di Aceh Utara. 
Penampungan terintegrasi atau Integrated Community Shelter Rohingya sekarang masihlah dalam proses pembangunan. Cocok bersama gagasan, akan dirampungkan kepada minggu ke dua bulan ramadhan. Shelter berjumlah 120 unit terdiri dari blok perempuan, blok laki-laki, dan blok husus dihuni anak-anak dan keluarga. Tak luput serta disediakan sarana terintegrasi yang patut seperti taman, media ibadah, layanan kesehatan, pendidikan, bahkan aula besar untuk ruangan pertemuan. 
Berdasarkan paparan ACT, pembangunan shelter seharga milyaran Rupiah itu ialah bukti nyata adanya kolaborasi kemanusiaan yang hidup dan efektif yang digerakkan segera oleh penduduk Indonesia. 
Pembangunan Integrated Community Shelter juga bersifat permanen, aspek ini menyimpulkan bahwa segenap masyarakat Indonesia, khususnya warga Aceh bersedia dgn ikhlas menyambut Orang Rohingya pun sbg saudara baru. Satu Buah refleksi apik berkenaan kemanusiaan dan persaudaraan sesama umat muslim yang tak mengenal batas negara, bahasa, ras, etnis, dll. 
Dalam prosesnya, pembangunan Integrated Community Shelter (ICS) telah memasuki fase lebih kurang 30%-40% pembangunan. Keterlibatan aktif warga Aceh Utara dalam pembangunannya layak diapresiasi setinggi langit. Keberkahan pula perlahan dirasakan, bersama menopang pembangunan, banyak masyarakat Aceh yang ikut tergerak hatinya utk produktif menopang apapun yang mampu mereka lakukan. Laporan cepat dari desa Gampong, Aceh Utara tempat ruangan ICS didirikan menyatakan bahwa, tak sedikit penduduk Gampong yang terpantik buat ikut produktif ikut juga membangun. Tak lain, seluruhnya dilakukan karena rasa kemanusiaan itu benar-benar lah betul-betul nyata tak mengenal batasan. Allahu Besar! (CAL)
Previous
Next Post »
0 Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Submenu Section

Slider Section