Pengungsi Rohingya di Malaysia dalam Kebimbangan Hidup

21.41

rohingya-di-malaysia
Bagi para imigran pengungsi Rohingya, Malaysia yakni cita-cita baru, ruangan di mana kebaikan hidup dan sedikit rezeki setidaknya akan diraih. Malaysia menjadi tanah yang menjanjikan bersama segala gemerlap kotanya. Bagi mereka, pilihan pelarian dari kekejaman dan penyiksaan di Rakhine Myanmar hanya ada tiga, Thailand, Indonesia, atau Malaysia. Jika lolos dari sanggup saja kematian dan kelaparan sewaktu perjalanan laut dan melintasi hutan belantara dari Myanmar menuju Malaysia, maka keramahan muslim Malaysia adalah penantian yang terbaik bagi mereka. Malaysia pun menjanjikan ajang lapang pekerjaan yang lebih banyak dibanding di Indonesia dan Thailand, menurut pemikiran mereka. 
Namun nyatanya, bayangan kebaikan hidup di Malaysia tak seperti yang dibayangkan terhadap awal mulanya. Setidaknya itulah yang dialami oleh ribuan imigran orang Rohingya yang telah menetap di Malaysia sejak beberapa dekade lalu, dikala masa di mana penindasan dan penyiksaan terhidap Rohingya baru saja tersulut. 
Hampir tiga dekade sejak Hamid Hussein Abul Khair tiba di tanah menjanjikan, negeri Jiran Malaysia. Tetapi kemiskinan dan status tak memiliki kewarganegaraan masih melekat erat dalam jatidiri Hamid beserta anak dan istrinya, seperti kisah yang dilansir dari VOA Indonesia. 
Warga Rohingya di Malaysia tetap saja harus menerima kenyataan yang memilukan, kebimbangan hidup masihlah menghantui tiap hari mereka. Sejauh apapun mereka berupaya hak hidup yang lebih layak, mereka tak akan dapat bekerja legal di Malaysia, Thailand, begitu juga Indonesia. 
Utk didapati, tiga negara tujuan para orang Rohingya yang melarikan diri dari kekejaman Rakhine, adalah : Thailand, Malaysia, Indonesia hingga detik ini tidak mengakui pencari suaka dan pengungsi, lantaran tiga negara itu tak ikut menandatangani Konvensi Pengungsi yang digulirkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 
Akibatnya, tanpa pekerjaan yang legal, ribuan orang Rohingya di Malaysia hanya bisa masuk ke dalam pekerjaan-pekerjaan kotor, dengan bayaran yang jauh dari kata layak. 
Malaysia pula tak bakal dipaksa untuk mengakui kewarganegaraan mereka. sekarang ini, orang-orang Rohingya makin terjebak dalam kebimbangan status. Mereka bagaikan etnis tak dianggap dimuka bumi manapun. Sebagai anak manusia mereka hanya mampu pasrah berada dalam takdir dilahirkan juga sebagai Rohingya, etnis paling tertindas didunia menurut PBB. 
Namun, bagi mereka, sedikit kebaikan dari Pemerintah Malaysia yang mengizinkan mereka untuk mengadu nasib di Malaysia merupakan keberkahan gemilang. Meskipun di Malaysia mereka masihlah harus menerima kenyataan kemiskinan yang tidak ada putus, pekerjaan ekstrem dan bernoda, kumplit dengan tak tersedianya alat pendidikan negeri apalagi kesehatan cuma-cuma bagi pengungsi Rohingya. Namun hidup sulit di Malaysia setidaknya tambah baik atau menjadi langkah baru dalam peristiwa kehidupan mereka juga sebagai orang Rohingya. 
Menurut catatan UNHCR seperti yang dikutip dari VOA Indonesia, ada lebih dari 150.000 jiwa pengungsi Rohingya di Malaysia. Angka tersebut diperkirakan bakal tetap meningkat mengingat gelombang eksodus imigran gelap Rohingya ke Malaysia masih terus terjadi hingga kini, melalui tangan-tangan keji usaha penyelundup manusia. 
Di Malaysia, sebagian akbar etnis Rohingya hidup di permukiman bernoda, berdesak-desakan dalam rumah susun yang kumuh atau bangunan-bangunan bobrok lain. Cakupan pekerjaan sekian banyak orang Rohingnya di Malaysia tak lebih dari pekerja konstruksi, pekerja kasar pabrik atau perkebunan.(ijl) 
Previous
Next Post »
0 Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Submenu Section

Slider Section